Last Updated on 12 months by Mas Herdi
Pada awal tahun 1928, David Hilbert seorang matematikawan Jerman merancang sebuah program yang bertujuan untuk membuktikan kuatnya fondasi matematika, matematika itu complete, consistent dan decidable. Hilbert berusaha untuk membuktikan kalo semua kebenaran bisa dijelaskan dan dibuktikan, paling tidak di level matematik.
Tiga tahun kemudian, Kurt Godel seorang matematikawan muda Jerman, membantah teori Hilbert dan berhasil membuktikan bahwa matematika itu incomplete, inconsistent dan undecidable. Hanya dengan contoh satu statement simpel, “Tidak ada kebenaran di dunia ini.” Apabila memang tidak ada kebenaran di dunia ini, maka kalimat itu benar (bahwa tidak ada kebenaran di dunia ini) sekaligus salah (karena ternyata ada kebenaran di dunia ini, berupa kalimat tersebut).
Atau quotes dari The Office:
Jim is my enemy, but it turns out that Jim is also his own worst enemy. And the enemy of my enemy is my friend. So, Jim is actually my friend. But, because he is his own worst enemy, the enemy of my friend is my enemy.
Di matematika ini disebut sebagai self-reference dan masih menjadi “masalah” hingga saat ini.
Debat ini menarik perhatian Tarski, Church dan Turing, yang akhirnya mematahkan ambisi Hilbert dan memutuskan bahwa Matematika itu tidak sempurna, tidak konsisten dan tidak menentu. Bahwa dalam sesuatu yang eksak sekalipun ada kontradiksi dan kebenaran yang tidak dapat dibuktikan.
What is Real?
Ketika melakukan penelitian tentang partikel sub-atomik, Niels Bohr sadar bahwa pengamatan yang memerlukan foton pada saat observasi bisa mengacaukan dan mengganggu partikel quantum tersebut. Sehingga yang bisa dilakukan hanyalah memperkirakan kemungkinan-kemungkinan perilaku dari quantum mechanic, tanpa bisa mengamatinya secara langsung.
Einstein tidak menyukai hal ini, menurutnya fisika harus deterministic, semua hal memiliki realitas independen terlepas ada yang mengamati atau tidak. Dan ke semua itu harus bisa diamati secara langsung. “Apakah bulan ada ketika tidak ada yang melihat? Atau bulan hanya ada ketika kita amati?”
Semakin dalam diteliti, semakin banyak muncul keanehan-keanehan dalam fisika quantum yang memaksa Einstein berkata bahwa pasti ada hidden variables, sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku quantum mechanics ini. Alam semesta tidak bisa se-random ini, “Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta.” Yang dibalas oleh Bohr, “Berhenti menyuruh Tuhan, melakukan apa yang dia mau.”
Pada akhirnya, kebanyakan fisikawan sekarang setuju dengan pandangan Bohr, Schrodinger dan juga Heisenberg, bahwa fisika kuantum adalah sesuatu yang indeterministic, dan tidak bisa diprediksi.
Tidak Kasat Mata
ibn Sina sempat menuai kontroversi ketika dia menafsirkan bahwa jin dalam Quran hanyalah kata-kata kiasan, tidak merujuk ke sesuatu yang ghaib/halus, tapi merupakan sesuatu yang kasar, yang karena keterbatasan manusia kita tidak bisa melihatnya.
Di saat itu kebanyakan orang tidak mengerti, tapi ibn Sina hanya mencari cara untuk menjelaskan sesuatu yang nantinya dikenal sebagai virus dan bakteri, sesuatu yang tidak kasat mata dan juga ada yang (berakibat) baik, maupun buruk.
Pada tahun 1025 ibn Sina menerbitkan buku al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine) yang di antaranya membahas tentang germ theory dan metode karantina, dua gagasan yang membantu Robert Koch menemukan vaksin TBC di rumah sakit Charite Berlin, dan memenangkan Nobel di tahun 1905. Hampir 900 tahun kemudian.
——
Jika kita melihat sejarah, ada banyak sekali contoh dimana manusia berusaha memisahkan antara sains dan spiritual (akal dan iman). Di satu sisi banyak hal yang semakin kita dalami, semakin tidak bisa kita jelaskan, semakin membuat kita baffled. Bahkan untuk sesuatu yang se-eksak dan se-fundamental matematika.
Semuanya mempunyai keterkaitan, ketika seseorang mengklaim bahwa dirinya menggunakan akal sehingga menomorduakan iman, argumennya bisa dibalik bahwa keimanan juga bergantung ke cara berpikir kita, ke akal kita.
Kita sebagai makhluk pada akhirnya at the deepest and innermost level, hanya bisa mengamati aturan-aturan yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, di dimensi ini maupun dimensi lainnya.