Last Updated on 10 years by Mas Herdi
Yosef adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang berkuliah di jurusan Teknik Informatika di suatu kampus terkenal. Dari SMA dia memang suka dengan hal-hal berbau “IT”. Di kampus pun dia aktif menjadi asisten laboratorium dan juga mengikuti berbagai kompetisi IT. Di luar kampus dia sibuk menghadiri event-event atau gathering yang membahas topik seputar IT. Ketika ditanya apa yang akan dilakukannya selepas bangku kuliah, Yosef menjawab, “Well… Currently I’m working on something. Nantinya saya akan membuat Startup.”
Apakah kalian merasa sama seperti tokoh Yosef di atas? Kalau iya, barangkali kalian sedang terkena startup hype.
Derasnya arus informasi dan pesatnya kemajuan teknologi membuat banyaknya kalangan muda di kota-kota besar Indonesia terkena demam startup. It seems like everyone is starting a startup. Bahkan mereka yang tidak mengerti internet/IT sama sekali ikut-ikutan terjun ke hype ini. Para fresh graduate tidak lagi mengadu nasib di bursa kerja, namun lebih memilih mencari peruntungan dengan bermodalkan internet dan ide. Startup memang lagi booming. Namun sampai kapan? Apa impact nya ke masyarakat? Apakah orang Indonesia bisa menghasilkan startup sekelas pesaingnya di Barat?
Don’t Believe The HYPE
Saat ini kita sedang berada di gelombang kedua revolusi internet. Munculnya cloud computing, smartphone, ditambah lagi ongkos capital equipment seperti internet dan komputer yang semakin murah, telah merubah ekonomi dunia dalam 3.5 sampai 4 tahun terakhir. Orang-orang, baik individual, perusahaan skala masif maupun organisasi kecil lantas mulai berlomba-lomba memanfaatkan semua inovasi baru itu untuk merubah existing business model yang berlaku sekarang. Mereka itulah yang biasanya kita sebut dengan startup. Mereka menawarkan cara baru dalam berbagai bentuk aktivitas bisnis sehari-hari, mereka menawarkan cara baru untuk jual-beli barang, mencari taksi, mencari penginapan murah, mencari tiket, mereka merubah bisnis model konvensional dengan suatu aplikasi atau sistem.
Tidak hanya dalam hal bisnis, cara kita berkomunikasi, sharing, mendengarkan musik, membaca berita, dan menonton video pun ikut juga dirubah ulang oleh startup-startup. Mereka mendefinisikan ulang basically 85% dari aktivitas-aktivitas yang biasa kita lakukan. Asalkan orang-orang suka, dan cara tersebut membuat hidup mereka lebih mudah, mereka akan berganti dan berpindah ke cara yang baru tersebut.
IT Departments di perusahaan-perusahaan besar menjadi sepi karena perusahaan lebih memilih menggunakan aplikasi atau sistem yang ditawarkan oleh startup-startup. Barangkali anak-anak muda generasi sekarang juga akan memilih atau membuat sendiri business model yang bisa menghasilkannya uang, tanpa perlu bekerja di kantor dari jam 9 sampai jam 5.
Tapi apakah this hype real? Atau kita hanya ikut-ikutan dunia Barat? Apakah startup lokal mempunyai market dan pasar yang tinggi di Indonesia?
Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak, tergantung dari ketangguhan dan ke-orisinil-an startup itu sendiri. Saya sendiri juga mengakui beberapa startup lokal bagus yang memang memudahkan kita, walau kebanyakan pemain lama, seperti Pointer.co.id, Kaskus, dan Tiket.com. Walau mungkin banyak lagi yang sering digunakan namun tidak saya sebut, karena simply I don’t use them :), seperti PicMix, Harpoen, atau CatFiz. Memang rata-rata startup menyasar pasar atau segmen tertentu, tapi jika dilihat dari aplikasi yang saya gunakan sehari-hari, hanya sekitar 5 – 10% nya yang buatan lokal.
Beyond app
Untuk bisa membuat startup menurut saya tidak hanya membutuhkan orang-orang yang bisa saja. Pada dasarnya mereka harus mempunyai 3 kualitas berikut, have big ideas, know how to have fun, and know how to get sht done. Have big ideas perlu karena itu menandakan kalian punya visi dan misi yang jelas tentang apa yang sedang kalian kerjakan. Point kedua juga penting, karena kita tidak ingin mengerjakan sesuatu dalam suasana yang tidak ‘fun’. Dan yang ketiga, it’s all about skill :), apakah kalian bisa membuat sistem dan aplikasinya? Atau apakah setiap tim kalian berkumpul kalian hanya talking sht about your big dream and having fun? 🙂 Kalian mungkin bisa menyewa programmer untuk mengerjakannya, jika kalian punya uang, tapi percayalah mengerjakannya sendiri akan lebih puas. 🙂 Hampir semua founder startup yang sukses sekarang mengerjakan sendiri versi awal dari aplikasinya.
Point lain, it’s about work ethic. Jujur saja, kita semua, bahkan saya sendiri masih belum bisa menyaingi etos kerja dari orang-orang barat. Mereka sangat berdedikasi, hardworking, jelas kerjanya dan selalu mencapai target. Jika dibandingkan di sini, banyak aplikasi-aplikasi buatan teman-teman saya yang awalnya promosi besar-besaran namun sekarang ditelantarkan. Maybe they’re just lazy like me… 😀
Selanjutnya, mungkin agak sedikit satire, karena negara kita, simply bukanlah negara IT, ataupun negara yang mempunyai latar belakang IT yang bagus. Dibahas dengan apik di post ini, yang secara garis besar menceritakan bahwa IT saat ini belum memiliki andil ataupun impact yang besar bagi Indonesian people secara keseluruhan. Coba kalian pikir, berapa % populasi kita yang melek internet? Hanya sekitar 15%… Karena itu diperlukan extra ordinary works untuk membuat suatu teknologi atau inovasi yang bisa dirasakan khalayak ramai.
Point terakhir, it’s simply not easy. Mungkin dari 10 startup terkenal yang berhasil booming, ada 100 startup yang gagal. Business Insider memperkirakan bahwa 90% startup akan gagal, dan menyarankan kalian untuk benar benar memikirkan kembali ide yang kalian miliki. Semua ini tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan semangat kalian, namun semata-mata untuk menggambarkan saja bahwa membuat startup is not an easy job.
How about 9 to 5?
Booming nya startup dimana-mana membuat para fresh graduate jurusan IT tidak lagi berniat untuk melamar kerja sebagai pegawai kantoran, dan memutuskan untuk “work on something”. Hal tersebut boleh saja dilakukan, apabila memang idenya bagus dan sudah benar-benar menghasilkan. Namun beberapa orang memang hebat dalam berbisnis, dan beberapa lagi harus belajar soal itu. Tidak ada salahnya untuk bekerja dulu selepas kuliah, malah menurut saya hal ini lebih menguntungkan. Setidaknya dengan bekerja di perusahaan, kalian bisa mempelajari bagaimana cara menjalankan bisnis sendiri, pergi ke klien, belajar untuk me-manage orang, membuat koneksi, belajar tentang perusahaan dan industri lain. Banyak yang bisa dipelajari. Startup masih bisa tetap dijalankan sebagai pet project (proyek sampingan). Dan yang lebih penting, kalian mendapat gaji tiap bulannya :), yang bisa dimanfaatkan untuk modal atau tambahan dana bisnis startup kalian. Tapi tentu saja tidak ada yang ingin selamanya menjadi karyawan, “Sampai kapan kamu ingin kerja buat orang lain?” 🙂
When is this hype going to end?
Saya pikir startup hype ini tidak akan cepat berakhir. Orang-orang akan tetap berinovasi membuat karya-karya, aplikasi-aplikasi baru selama mereka masih bisa membeli modalnya (seperti gadget, internet, pc, dan sebagainya). Selama ekonomi Indonesia masih bagus seperti sekarang, hype ini akan terus berlangsung. Many will fails, few will succeed, but always do your best and keep the hard work.