Last Updated on 12 years by Mas Herdi
Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman saya melang melintang di dunia IT. Ya, walaupun belum begitu banyak, semoga ada manfaat yang bisa kalian ambil. Seperti halnya pepatah, “pengalaman orang lain adalah guru terbaik”.
Tentunya, jika kalian menekuni bidang IT. Entah itu jadi developer, programmer, desainer dan sebagainya. Lambat laun ketika orang lain tahu akan potensi kalian, atau mungkin kalian masuk ke study group atau research group di kampus. Pasti akan ada yang mengajak kalian untuk ikut proyek atau riset di di bidang informatika.
Riset vs Proyek
Apa bedanya riset vs proyek? Kalau gampangnya saya katakan, riset itu biasanya jangka waktunya cukup lama. Kalau dari pengalaman saya biasanya sekitar enam bulan sampai satu tahun. Dan diakhir riset akan ada paper atau jurnal yang membahas tentang riset kita. Dan juga seminar kecil-kecilan. Riset bisa diadakan oleh satu institusi saja, bisa juga bekerjasama dengan institusi lainnya.
Sedangkan untuk proyek, biasanya jangka waktunya cenderung bervariasi sesuai target. Jika targetnya satu bulan selesai, ya itulah lama proyeknya. Atau kalo molor paling nggak jadi satu setengah atau dua bulan. Jika riset bisa berasal dari inisiatif kita sendiri, kalo proyek biasanya ada pihak/perusahaan yang men-sponsori atau menyuruh kita mengerjakan proyek tersebut. Di akhir proyek kita nggak disuruh buat paper/jurnal dan semacamnya. Yang penting kerjaan kelar dan klien senang dengan hasil pekerjaan kita. Setelah itu, kita bisa bilang bahwa proyek tersebut telah selesai.
Baik riset atau proyek, di jaman sekarang pasti ada yang namanya dana. Hal tersebut tidak bisa kalian pungkiri. Faktor uang selalu ada, dan apabila kita tidak bijak dan cermat menyikapinya. Hal itu bisa berubah menjadi malapetaka. 😀 Karena itulah saya menulis ini supaya kalian bisa melihat mana proyek/riset yang sehat dan mana yang korup.
Pintar Memilih Proyek IT
- Kontrak di awal, Pastikan kalian sudah mendapat kontrak kerja pada proyek IT tersebut di awal. Kalau perlu, jangan mau kerja sebelum ada kontrak yang kalian tanda tangani. Pastikan juga berapa honor kalian per bulan atau per proyek. Dan juga berapa nilai proyek tersebut secara keseluruhan.
- Kenali anggota tim, Programmer biasanya cuek. Asal dikasih makan minum, dia mau ngoding apa saja. Tapi saya tidak. Ketika saya masuk ke dalam tim proyek, biasanya saya cari tahu info tentang leader-nya, klien, perekomendasi, jobdesk anggota lain, dan sebagainya. Dari situ barangkali kita bisa menemukan informasi yang berguna.
- Pastikan timeline proyek, Nah ini juga salah satu faktor penentu apakah proyek kalian sehat atau tidak. Proyek yang sehat biasanya cenderung ketat terhadap waktu penyelesaiannya. Apabila jangka waktunya satu bulan, ya sudah satu bulan itu digunakan secara maksimal untuk menyelesaikan proyek. Jika terpaksa molor, pastikan ada kontrak baru selama waktu pemoloran tersebut. (Ingat rule nomor 1 :D). Jika kalian merasa sudah bekerja sesuai timeline proyek (misal. selama satu bulan), Namun proyek tersebut terkesan diulur-ulur dan tidak pernah membahas tentang perpanjangan kontrak. Maka menurut hemat saya, kita bisa berkata bahwa proyek itu tidak sehat. 🙂
- Klien harus tahu batasan, Dan kita juga harus tahu apa yang diinginkan klien. Terkadang menghadapi klien itu susah-susah gampang. Apalagi dari pengalaman banyak rekan-rekan proyek-ers, klien Indonesia itu banyak maunya :D. Pertama minta A, setelah A jadi. Ternyata berubah pikiran dan minta dirubah jadi A + B.
Karena itu, ada baiknya sebelum mengerjakan kita mempresentasikan blueprint terlebih dahulu kepada klien. Dan memastikan ke klien bahwa ‘ini’ yang benar-benar diinginkan-nya. Supaya kerja kita efisien dan tidak berulang-ulang.
Ya kalau sekali dua kali minta ganti nggak masalah. Namun jika sampai berkali-kali, kita terpaksa balik lagi ke rule nomor satu. Cek apakah permintaan klien yang sekarang sudah melenceng dari requirements yang ada di kontrak? Jika iya, maka katakan saja jika itu tidak sesuai kontrak. Atau ada kendala teknis. - Pastikan semua ditepati, Jika kontrak sudah ada, kalian sudah tahu berapa honor per bulan, nilai proyek dan sebagainya. Ada satu hal lagi yang jangan sampai terlupakan. Yakni pastikan honor kalian dibayar sesuai jumlah yang disepakati. hehe Kecuali kalau kalian hanya melakukannya untuk senang-senang dan tidak peduli uang. Atau melakukannya secara sukarela. Banyak klien yang memanfaatkan kelemahan ini, dan tidak membayar sesuai kontrak. (saya juga pernah mengalami) Jika kalian merasa tidak mendapatkan bagian yang sesuai, jangan ragu untuk menanyakan kepada pemimpin tim proyek.
Kurang lebih itu yang bisa saya bagikan untuk proyek IT. Untuk risetnya, akan saya sambung di post selanjutnya. Dan pesan saya, jadilah seorang profesional. Mungkin kalian terjebak ke proyek IT yang tidak sehat, tapi tetaplah profesional dalam pekerjaan kalian. 😉