Mengupas Kekurangan Mobil Listrik: Antara Hype dan Realitas Pahit di Indonesia

Last Updated on 3 months by Mas Herdi

Belakangan ini yang santer digaung2kan oleh tidak hanya pemerintah, tapi juga oleh produsen, influencer, scientist/engineer dadakan, pedagang, pengusaha bisnis dan lain-lain adalah segala hal yang berhubungan dengan listrik, yaitu sepeda listrik, motor listrik, dan mobil listrik. Untuk sepeda listrik dan motor listriknya nanti saya bahas di postingan yang lain, kali ini coba kita fokus ke mobil listrik.

Masyarakat dan pemerintah Indonesia yang sikapnya cenderung “follower” , pengikut dan bukannya trendsetter, nampaknya ikut terjun secara massive di tren mobil listrik belakangan ini. Bisa kita lihat dari banyaknya pabrikan mobil listrik yang masuk ke Indonesia, dan semuanya bisa asal masuk tanpa kita menentukan standar sendiri (contoh baik hybrid dan full listrik semua boleh masuk ke Indo, hybrid ada banyak jenisnya namun semuanya juga boleh masuk ke Indo). Kemudian dari subsidi yang diberikan, bebas pajak, bebas ganjil genap dsb. Dan yang terakhir didorong dari maraknya influencer2, vlogger, youtuber, otomotif reviewer yang langsung mempromosikan mobil listrik secara habis-habisan. Sekarang tinggal consumernya yang bingung, apakah EV ini legit atau sesuatu yang hardsell / oversell karena banyak buzzer-nya?

Kelemahan Mobil Listrik yang Jarang Orang Tahu

Mobil Listrik Ramah Lingkungan?

Bisa dibilang ini adalah miskonsepsi yang paling umum dan paling sering terjadi. Orang-orang yang membeli mobil listrik merasa dirinya sudah yang paling green energy, padahal kalau kita melihat darimana sumber daya listrik itu berasal, yang jika di Indonesia sebagian besar berasal dari batu bara, maka mobil listrik bukan sesuatu yang ramah lingkungan. Ditambah lagi dengan bahan baku baterainya, nikel, cobalt, dan sebagainya. Di Indonesia proses penambangannya masih semrawut, banyak tambah ilegal dan pastinya merusak lingkungan.

Harga Belinya Terlalu di Mark-Up

close up of men shaking hands and cars in background
Photo by Antoni Shkraba on Pexels.com

Kelemahan yang kedua adalah harganya yang terlalu di-mark up, memang subsidi mobil listrik ada banyak banget. Mulai dari bebas pajak, bebas ganjil genap, hadiah tambahan seperti gratis BBM selama setahun (dipertanyakan). Namun harga mobil listrik sendiri sudah di-mark up atau dinaikkan habis2an. Sebagai contoh wuling AIR EV yang harga aslinya hanya sekitar 140juta yang tipe paling tinggi, masuk ke Indonesia jadi sekitar 300juta an. Dua kali lipatnya, belum merk-merk lain seperti Hyundai yang pasti mark up nya jauh lebih tinggi.
Hal ini membuat subsidi dan keringanan-keringanan yang diberikan menjadi tidak seberapa dibanding mark up nya. Ibaratnya kalian dikasih potongan 10juta, untuk sesuatu yang harganya sudah dinaikkan 100juta.

Mobil Listrik Harga Bekasnya Cenderung Jatuh

damaged car with rust and cracks
Photo by Laker on Pexels.com

Berbeda dengan mobil ICE (internal combustion engine) yang sumber dayanya dari komponen yang non-degradable, baterai pada mobil listrik akan berkurang kapasitasnya seiring dengan pemakaian. Mirip seperti iPhone yang mempunyai battery health, kondisi health pada baterai mobil listrik pun bisa menurun seiring dengan waktu. Yang pasti membuat harga jual kembalinya menjadi terjun bebas. Ditambah dengan harga beli nya yang sudah di-markup, ketika mau menjual kembali mobil listrik pasti kita akan mengalami rugi yang lumayan ekstrim, secara pembeli juga pasti memilih mobil listrik yang kondisinya baru dan prima dibanding yang sudah dipakai puluhan ribu kilometer. Hal ini juga yang membuat kita jarang menemui mobil listrik bekas di pasaran.

Apakah Mobil Listrik cocok di Kondisi Cuaca Indonesia yang Ekstrim (Tropis, musim panas dan musim hujan)

Berbeda dengan negara-negara di benua Eropa, negara Jepang. Amerika dan sebagainya yang mempunyai 4 musim, dan dimana pada musim dingin adalah musim yang lumayan kondusif untuk mobil listrik dan musim panasnya tidak sepanas di negara tropis. Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, yang mana dua musim itulah musuh utama dari mobil listrik beserta komponen kelistrikannya. Apalagi ketika kita memasuki musim pancaroba dimana hujan dan panas tinggi datang silih berganti. Hal ini pasti akan mempengaruhi komponen-komponen kelistrikan yang memang rentan akan hal itu. Pada mobil biasa saja karet-karet pada mobil akan menjadi getas atau kendor setelah melalui hal ini, apalagi di mobil listrik yang mana karet2 itu adalah pelindung utama untuk komponen2 supaya tidak kemasukan air. Belum lagi adanya debu yang bisa mengganggu kinerja kelistrikan.
Sebagai contoh saya pernah naik ojek online sepulang dari kantor, dimana motor listriknya yang dipakai bermasalah dan mengeluarkan suara gret gret seperti dua buah besi yang bergesekan. Ketika saya tanya, katanya setiap habis cuci motor pasti motor listriknya jadi seperti ini.

Mobil Listrik Lebih Fragile

road traffic people industry
Photo by Kindel Media on Pexels.com

Jika di jalan-jalan kita sering menemui mobil ICE yang sudah penyok-penyok tapi masih bisa jalan, khususnya mobil LCGC. Hal ini mungkin berbeda dengan mobil listrik, dimana komponennya sangat sensitif terhadap benturan maupun tusukan (puncture). Kita semua tahu insiden HP yang tiba-tiba meledak, atau rentannya baterai yang kalau tertusuk langsung bocor dan terbakar. Karena itu mobil listrik mempunyai toleransi yang lebih rendah terhadap tabrakan maupun benturan. Jika mobil ICE penyok-penyok masih bisa jalan, mobil listrik mungkin sudah harus dikandangkan jika ada bagian tabrakan/penyok yang mengenai baterai.
Di samping itu masih banyak juga insiden mobil listrik yang tiba-tiba terbakar di garasi, terbakar saat men-charge, dan banyak lainnya.
Secara kontrol panel dan fungsionalitas pun, mobil listrik biasanya mempunyai panel kontrol terpusat yang berupa tablet berukuran besar, dan bisa dibilang semua fungsionalitas dikontrol dari sana. Apabila tablet tersebut rusak, atau hang, atau nge-bug dan sebagainya, maka praktis semua fungsionalitas mobil listrik jadi tidak bisa digunakan, dan mobil pun tidak bisa dipakai. Berbeda dengan mobil ICE biasa yang masih bisa jalan apabila dashboard atau head unit-nya rusak.

Service dan battery replacement

Yang terakhir adalah biaya replacement baterai mobil listrik yang cukup mahal, bisa mencapai setengah dari harga mobilnya bahkan lebih, hal ini juga berlaku untuk mobil Hybrid yang biaya ganti baterainya juga sama mahalnya. Yang membuat mahal adalah karena baterai mobil listrik hanya bisa diganti secara utuh/gelondongan, walaupun mungkin cell yang rusak hanya beberapa.
Selain baterai, tyre atau ban mobil untuk mobil listrik yang lebih mahal dan lebih cepat aus atau rusak, dikarenakan bobot mobil listrik yang lebih berat dibanding mobil ICE biasa.

Menalar Kekurangan Lainnya (EV Charging Station, Lama Charging, Kondisi Darurat)

Selain hal di atas, salah satu kekurangan dari mobil listrik adalah belum banyaknya tempat pengisian listrik / tempat charge listrik yang tersedia, dan kalaupun ada biasanya butuh waktu lama dan berjam-jam untuk pengisian baterai listriknya hingga penuh. Belum lagi apabila ternyata socket chargernya tidak kompatibel, atau tempat EV chargingnya hanya berlaku untuk merk EV tertentu saja, sehingga harus membawa adaptor dan jika tidak punya adaptornya harus beli dulu. Terlalu ribet hanya untuk mengisi bahan bakar, tidak seperti mobil ICE biasa yang bensinnya tinggal tuang.

Belum lagi jalanan Jakarta yang sering macet dadakan, terjebak di kemacetan dadakan, tentu akan jadi masalah tersendiri apabila baterai mobil listrik habis di tengah-tengah kemacetan.

Saat dibawa ke luar kota pun apabila di tengah jalan, atau di tol Trans Jawa atau tol Trans yang lain baterai mobil listrik tiba-tiba habis, maka pilihan satu-satunya adalah menyewa towing service untuk membawa ke EV charging terdekat, berbeda dengan mobil biasa yang kita bisa siasati dengan Pertamina Delivery atau membeli bensin di tempat terdekat.

Masalah EV charging station atau SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) memang masalah telur dan ayam, dimana orang tidak akan membeli mobil listrik sampai ada banyak EV charging station tersedia, namun EV charging station tidak akan banyak tersedia apabila orang yang membeli mobil listrik hanya sedikit. Jadi saling berkaitan.

Harapan Untuk Mobil Listrik ke Depannya

Lantas dengan kelemahan mobil listrik yang seperti di atas, apa saja solusinya? Kalau menurut saya:

  1. Indonesia harus membuat standard mobil listrik sendiri, jangan semua merk diperbolehkan untuk masuk. Apakah mobil full listrik saja yang boleh dijual di Indonesia, atau mobil hybrid juga boleh dijual di Indonesia? Mobil listrik banyak jenisnya, demikian dengan mobil hybrid juga ada banyak jenisnya. Kemudian tipe baterai, kandungan baterai yang diperbolehkan apa saja. Semuanya harus di standarisasi jangan langsung memperbolehkan semua mobil listrik masuk ke Indonesia. Syukur-syukur jika Indonesia bisa membuat mobil listriknya sendiri atau paling tidak re-badge atau kerja sama seperti Ayla dan Agya.
  2. Harga mobil listrik harus lebih terjangkau, sekarang menurut saya ada pihak-pihak yang sengaja menaikkan harga sehingga bisa menikmati keuntungan dari penjualan mobil listrik untuk mereka sendiri. Karena itu harganya di mark up secara luar biasa. Percuma ada subsidi segala macam apabila harga Wuling AIR EV yang kecil itu menyamai harga Toyota Fortuner. Yang akan membeli mobil listrik hanyalah orang-orang kaya yang punya spare money untuk mencicipi mainan baru berupa mobil listrik. Bagi orang biasa tentunya gambling mengeluarkan uang sebanyak itu untuk mobil listrik dengan kelemahan-kelemahan di atas.
  3. Membuat roadmap mobil listrik yang jelas, sebagai contoh saat kita sekarang membeli Toyota Yaris, 5 tahun kemudian, 10 tahun kemudian mobil itu tetap Toyota Yaris dalam artian tidak akan ada perubahan yang berarti. Sedangkan apabila kita membeli Wuling AIR EV sekarang, 5 tahun kemudian, 10 tahun kemudian kita masih belum ada bayangan akan menjadi seperti apa. Baru beberapa tahun setelah Air EV keluar sudah ada Binguo EV yang baru dan lebih luas dan lapang. Apalagi 5-10 tahun lagi, karena ini sesuatu yang baru pasti akan ada banyak perubahan ke depannya entah itu dari sisi teknologi atau dari sisi desain, jenis dan sebagainya. Dengan adanya roadmap kita jadi bisa mengira-ngira ke depannya Mobil Listrik akan menjadi seperti apa, apakah akan lebih stabil atau bagaimana. Sehingga orang bisa memutuskan akan masuk (menjadi pengguna mobil listrik) di fase atau tahap yang mana.
  4. Influencer dan vlogger juga kalau bisa jangan bias, jangan hanya disetir oleh brand atau merk besar saja. Tugas influencer dan youtuber salah satunya adalah meng-edukasi pembeli, jadi selain menceritakan keuntungan dari mobil listrik, kelemahan dan kekurangannya pun harus disampaikan juga. Rata-rata Youtuber barat sudah seperti ini, tapi di Indoensia hanya sebagian yang tidak bias, contohnya Dokter Mobil. Youtuber lainnya semacam disetir dan hanya menyampaikan kelebihan dari mobil listrik saja.

Oke teman-teman, lumayan panjang juga ya artikelnya. Kira-kira itulah kelemahan dan kekurangan dari mobil listrik, dan hendaknya kita jangan asal latah dan asal membeli saja demi ikut-ikutan trend tanpa mengetahui kekurangan di baliknya. Kecuali kalian memang early adopter dan tidak masalah mengeluarkan uang untuk mobil listrik yang menurut saya statusnya ini masih masa percobaan di Indonesia.

Bagaimana pendapat kalian sendiri? Silahkan tulis di kolom komentar ya.





Download aplikasi kami di Google Play Store


Tutorial Menarik Lainnya :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TWOH&Co.