Last Updated on 5 years by Mas Herdi
Belakangan ini fenomena eWallet dan fintech (financial technology) memang lagi marak2nya. Pasti tidak jarang kita melihat teman kita atau kita sendiri yang top-up money ke akun-akun eWallet mereka seperti OvO, GoPay, Dana, linkAja dan sebagainya. Supaya semua transaksi yang mereka lakukan bisa cashless atau dilakukan secara digital tanpa perlu uang cash.
Karena jika kita amati hampir semua transaksi sehari-hari sekarang bisa dilakukan secara cashless, mulai dari beli makan, minum, nongkrong, transportasi, leisure (massage, etc) bahkan hingga jasa service AC, cleaning dan masih banyak lagi.
Meskipun sepertinya terlihat sangat simpel dan praktis, namun kita perlu waspada dan bijak dalam menggunakan eWallet ini. Karena di balik promo banjir diskon dan cashback yang besar-besaran, bukan berarti dompet digital tanpa kekurangan. Apa saja kekurangannya itu? Di bawah ini saya akan coba jelaskan alasannya 😀
Bijak Menyikapi Dompet Digital
- Kurangnya Privasi
Dengan melakukan transaksi lewat eWallet atau dompet digital, jejak transaksi kalian akan terekam semua dan sehingga privasi atas data kalian terasa kurang. Dan kita juga tidak tahu data-data transaksi kita akan digunakan untuk apa saja oleh penyedia jasa eWallet. Contohnya ketika kita transaksi lewat cash, si penjual tidak akan tahu uang kita berasal darimana, apakah dari rampok orang lain, nemu dari jalan, atau dari monthly salary. Dan juga mereka tidak tahu siapa kita, nomor HP, email, info KTP kita dan sebagainya.
Namun ketika transaksi lewat dompet digital semuanya menjadi transparan, penjual bisa saja tahu alur transaksi kita, siapa kita, dan data-data pribadi kita lainnya. Kurangnya privasi inilah yang membuat warga Jerman masih suka menggunakan cash dibanding eWallet. - Adanya Biaya Tambahan
Alasan ini mungkin sekarang belum begitu terasa, karena sekarang para penyedia dompet digital masih dalam tahap akuisisi atau berlomba-lomba menggaet dan menaikkan jumlah pengguna baru. Sehingga yang masih digencarkan adalah promo, diskon dan cashback-nya. Namun apabila ajang bakar duit sudah selesai, maka prediksi saya biasanya akan ada banyak biaya tambahan, seperti :
– Biaya administrasi
– Biaya top-up
– Biaya transfer ke bank
– Biaya transfer ke akun lain
– dan biaya-biaya lainnya yang mungkin terjadi 🙂 - Jadi Lebih Boros
Hal ini lebih ke efek psikologi, karena dengan menggunakan uang digital atau dompet digital, bentuk uang yang sebelumnya berupa cash (uang fisik yang bisa kita pegang), ter-reduce menjadi angka-angka. Terlebih lagi faktor convenience dan easy to use justru bisa membuat kita secara tidak sadar lebih sering mengeluarkan uang dan lebih sering betransaksi. Pagi top-up 200 ribu, siang top-up 100 ribu, malam top-up 300 ribu, dan saat kita sadar tiba-tiba tabungan kita sudah habis. 😀 - Kemungkinan Pembatasan Transaksi atau Penalti Lainnya
Bayangkan ketika salah satu dompet digital yang kalian pakai memberlakukan syarat minimal transaksi sebanyak satu juta tiap bulannya, dan jika kalian tidak melakukan itu maka kalian tidak boleh bertransaksi apa-apa. Di saat bersamaan tiba-tiba kondisi keuangan kalian sedang tidak bagus, dan bulan itu kalian hanya melakukan transaksi sebesar 900 ribu. Maka kalian tidak akan bisa menggunakan layanan eWallet itu padahal mungkin kalian sudah deposit uang lumayan banyak untuk digunakan sehari-hari. Namun dikarenakan syarat transaksi minimum tidak tercapai, eWallet kalian di-freeze dan tidak bisa digunakan untuk apa-apa. Serem kan? 😀
Kekurangan-kekurangan di atas saya rasa malah justru akan terus ter-amplifikasi apabila salah satu dari penyedia jasa eWallet sudah menjadi market leader dan memonopoli lalu lintas transaksi di Indonesia. Misal mereka sudah memiliki market share sebanyak 80% dari pengguna smartphone Indonesia, mereka bisa dengan mudahnya menerapkan biaya tambahan atau regulasi-regulasi lain yang membatasi atau merugikan.
Potensi yang besar inilah yang mungkin membuat sekarang banyak sekali pemain-pemain baru penyedia jasa eWallet atau dompet digital.
Cash adalah freedom, cash adalah lini terakhir dari pertahanan privasi dari dunia yang semakin intrusif dan invasif. Bukan berarti kita tidak boleh ikut demam cashless dan ewallet, namun lebih ke bagaimana kita bisa menggunakan lifestyle ini dengan bijak dan benar-benar memahami ada apa di balik cashless society ini.
For me cash is the king, how about you?