Last Updated on 6 years by Mas Herdi
Hi semuanya, sudah lama saya tidak menulis di blog ini karena akhir-akhir ini lumayan banyak kesibukan dan juga di bulan Ramadhan ini ada banyak kegiatan yang lebih penting sehingga kegiatan nulis di blog agak ditinggalkan. Hehe. Oke kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang investasi di reksa dana, dan juga dari pengalaman saya investasi sebesar 100 juta di reksa dana pada tahun lalu.
Saat itu tepatnya pada akhir September 2017, diawali dari cerita teman yang sudah pernah investasi reksadana sebesar 90 juta sebanyak dua kali di salah satu sekuritas reksadana saham, dan karena dia selalu mendapat untung dari hasil investasinya menjadikan saya tertarik untuk mencobanya juga. 🙂
Setelah memantapkan hati dan mencoba membaca + menganalisa pasar selama beberapa hari, saya pun akhirnya memutuskan untuk investasi di reksadana, dan karena saya tipe orang yang pingin untung gede (tapi ngga pingin rugi gede 😀 ) saya langsung menggelontorkan dana sebesar 100 juta rupiah ke sekuritas tersebut.
Untuk jenisnya, oiya bagi yang belum tahu jadi jenis reksadana itu bermacam-macam, teman saya dua kali invest 90 juta di reksadana saham syariah karena takut uangnya diinvest di perusahaan yang kharom atau ada ribanya, sedangkan saya sendiri saat itu memilih sektor konsumsi (consumption) semata-mata karena pingin untung gede aja. 😀 Untuk langkah-langkah investasinya sendiri adalah sebagai berikut :
- Transfer Dana ke Rekening Sekuritas Reksadana
First step adalah transfer dana ke rekening sekuritas. Jadilah saya ke Bank deket rumah dan mentransfer uangnya menggunakan metode RTGS sebanyak 100 juta lebih sedikit supaya bisa sampai hari itu juga. Setelah transfer saya lantas konfirmasi ke pihak sekuritas bahwa dana sudah ditransfer dan mereka bilang akan diproses. Oke deh. - Know Your Customer
Ternyata untuk dana di atas 100 juta dari pihak sekuritas perlu melakukan semacam test screening untuk fungsi know your customer. Pertanyaannya semacam :-
- Apakah Anda seorang yang aktif di dunia politik?
- Apakah Anda memiliki hubungan dengan pemegang saham / Komisaris / Direksi dari sekuritas (tempat kalian investasi reksadana) ?
- Apakah Anda mempunyai investasi / usaha di luar negeri ?
- Apakah keluarga dekat Anda aktif di dunia politik ?
Intinya pertanyaan2 ini ditujukan untuk semacam mengetahui latar belakang kita dan apa motif kita investasi di situ, karena dana 100 juta ternyata termasuk cukup besar juga hehe.
-
- Setelah menunggu beberapa saat, keesokan harinya akun reksadana saya pun sudah aktif. Dan saya bisa login sekaligus memantau perkembangan investasi saya.
Perlu diketahui tahun lalu memang ekonomi lagi bagus-bagusnya, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG/^JKSE) ikut naik juga. Graph nya bisa dilihat seperti gambar di bawah :
Saya yang rencana ingin investasi selama setahun akhirnya memutuskan untuk investasi selama 6 bulan saja demi mendapat untung yang maksimal. Lingkaran merah dengan nomor 1 adalah titik dimana saya mulai investasi reksadana, dan lingkaran merah nomor 2 adalah dimana saya menjual semua reksadana saya, bisa dilihat sejak saat itupun market mengalami crash yang lumayan besar dan so far belum recover ke titik tertinggi seperti di bulan Maret.
Saat saya beli IHSG di angka 5800-an dan saya jual di angka 6500, sehingga ada kenaikan sekitar 700 point, di situ saya ingat, karena uang yang saya investasikan lumayan besar, setiap IHSG naik 50-an point saya untung 1 juta rupiah. Untung maksimal yang pernah saya capai saat IHSG di angka 6700 – 6800 an, saat itu andai saja saya jual reksadana saya, saya bisa bawa pulang sekitaran 17 juta rupiah. Tapi saat itu saya malah HOLD dengan berharap pasar akan naik lagi, eh ternyata indeks nya dari situ malah turun, di sanalah saya sadar kesalahan saya yang lumayan rakus ingin untung banyak malah jadinya untung yang B aja :D.
Di akhir investasi, saat saya jual saya untung sebesar 13 juta rupiah. Setelah dipotong biaya penalti karena saya hanya investasi selama 6 bulan sebesar sekitaran 1.5 juta, akhirnya uang yang saya bawa pulang sebesar 11.5 juta ditambah pokok investasi saya 100 juta, jadi total 111,5 juta rupiah. Lumayan lah untuk investasi yang hanya dengan jangka waktu 6 bulan.
Itulah pengalaman pertama saya investasi di reksadana saham. Banyak hal yang saya pelajari dari sini, jika kalian ingin investasi pertama-tama pilihlah sektor yang kalian kenal dan kuasai, misal ingin invest di reksadana saham sektor konsumsi, sektor kapital, sektor syariah, atau sektor infrastrukture. Karena uang yang kalian investasikan nantinya akan disebar ke industri-industri & perusahaan-perusahaan di sektor tersebut. Jadi apabila kalian prediksi sektor infrastruktur akan naik ke depannya, kalian bisa invest di situ. Sebaliknya ketika sektor infrastruktur ada trend menurun, bagi kalian yang invest di sektor konsumsi tidak akan / hanya sedikit terpengaruh karena perusahaan2 yang ada di dua sektor tersebut beda-beda.
Untuk sekarang saya belum invest di reksadana saham lagi, karena kondisi pasar belum menentu dan tahun depan ada Pemilihan Umum (Pemilu/Pilpres) membuat pasar saham agak sedikit kurang bisa dipahami. Bisa saja loh dengan pergantian presiden, kita tidak tahu bagaimana pasar akan bereaksi apakah naik atau turun. 🙂 Sehingga saat ini menurut saya invest di reksadana pasar uang dulu yang lebih stabil.
Namun jika kalian berencana untuk invest dalam waktu lama, sekitar 3 – 5 tahun ke depan, maka sah-sah aja. Karena reksadana termasuk investasi jangka panjang, yang hampir pasti akan untung seiring dengan lamanya jangka waktu investasi.
That’s all pengalaman yang bisa saya bagi semoga berguna bagi kalian. Bagaimana dengan pengalaman kalian investasi di reksadana saham? Apakah ada dari kalian yang kena untung juga saat market dari tahun lalu sedang naik2nya? Silahkan share pengalaman dan cerita kalian di bagian komentar. 🙂
Anyway : di sini saya tidak sebutkan nama sekuritas tempat saya investasi reksadana ya, karena nanti dikira promosi, saya juga takut kalau nanti gara-gara baca ini jadi banyak yang invest di sana dikira bakal untung. Perlu dicatat, saya memang mendapat untung saat itu, namun perlu diketahui reksadana saham itu sifatnya sangat fluktuatif sehingga resiko rugi selalu ada. Ketika ada yang baca di sini saya dapat untung, terus coba investasi dan rugi, nanti malah marah-marah ke sini, padahal memang risiko rugi itu pasti ada dan tergantung dari banyak faktor dan kondisi pasar saham & ekonomi Indonesia itu sendiri. Ini sekadar disclaimer saja kenapa saya tidak mencantumkan nama sekuritasnya di sini 🙂
Critanya menarik. Di kondisi seperti ini jadi lebih mikir2 lagi kalau mau beli saham atau reksananya. Karna takutnya COVID bisa makin ganas dan ekonomi melemah lagi.
justru kemarin waktu covid lagi turun-turunnya dan bisa untung banyak
belum tentu gan