Last Updated on 10 years by Mas Herdi
Hi, sebelumnya saya pernah memposting tutorial tentang belajar membuat aplikasi Android menggunakan Eclipse IDE. Kali ini saya akan berbagi tutorial tentang cara membuat aplikasi Android menggunakan IDE baru yang akhir-akhir ini sedang populer, yaitu Android Studio. Android Studio adalah sebuah IDE yang bisa digunakan untuk pengembangan aplikasi Android, dan dikembangkan oleh Google. Android Studio merupakan pengembangkan dari Eclipse IDE, dan dibuat berdasarkan IDE Java populer, yaitu IntelliJ IDEA. Android Studio direncanakan untuk menggantikan Eclipse ke depannya sebagai IDE resmi untuk pengembangan aplikasi Android.
Sebagai pengembangan dari Eclipse, Android Studio mempunyai banyak fitur-fitur baru dibandingkan dengan Eclipse IDE. Berbeda dengan Eclipse yang menggunakan Ant, Android Studio menggunakan Gradle sebagai build environment. Fitur-fitur lainnya adalah sebagai berikut :
- Menggunakan Gradle-based build system yang fleksibel.
- Bisa mem-build multiple APK .
- Template support untuk Google Services dan berbagai macam tipe perangkat.
- Layout editor yang lebih bagus.
- Built-in support untuk Google Cloud Platform, sehingga mudah untuk integrasi dengan Google Cloud Messaging dan App Engine.
- Import library langsung dari Maven repository
- dan masih banyak lagi lainnya
Saya sendiri sudah pernah mencoba, dan memang dari sisi build lebih baik dibandingkan Eclipse, karena Android Studio menggunakan Gradle. Ditambah lagi berbeda dengan Eclipse, kita tidak perlu lagi dipusingkan dengan dependencies package pada Android Studio. Satu hal tambahan lagi yang membuat Android Studio unggul adalah dukungan layout xml editor secara visual yang jauh lebih baik daripada Eclipse. Walaupun begitu, Android Studio saat ini masih dalam tahap beta dan belum mempunyai dukungan untuk NDK/Native Development Kit.
Adapun satu lagi kekurangan dari Android Studio menurut saya, lebih dari sisi aesthetic, dimana default logcat nya tidak berwarna. 🙂 Sehingga saya perlu men-setting warnanya sendiri, misal biru untuk Info, hijau untuk Debug, hitam untuk Verbose dan semacamnya. Tapi ada juga keunggulan dari sisi aesthetic, yaitu Android Studio otomatis include theme berwarna hitam/dark, sehingga berguna bagi orang yang lebih suka coding dengan editor yang berwarna gelap.
Oh iya ada satu tambahan catatan lagi bagi yang biasa menggunakan Eclipse dan ingin migrasi ke Android Studio, di sini ada perbedaan. Jika pada Eclipse kita biasa menggunakan nama Workspace, maka di Android Studio Workspace yang berisi kumpulan project itu disebut dengan Project. Sedangkan apa yang di Eclipse disebut dengan Project, di Android Studio dinamakan dengan Module.
Untuk migrasi nya, kita bisa dengan mudah mengimport project sederhana dari Eclipse ke Android Studio, karena Gradle sudah mendukung import project langsung dari Eclipse. Namun jika project kalian mempunyai banyak library dependencies, maka akan diperlukan effor lagi untuk mengimpornya. Sedangkan pada Eclipse, tidak ada pilihan untuk mengimport project dari Android Studio langsung ke Eclipse.
Android Studio bisa di download pada link berikut, saat postingan ini ditulis versi terbaru adalah 0.8.6. Salah satu alasan lagi untuk menggunakan Android Studio adalah, library-library Android populer sekarang kebanyakan juga sudah berupa Android Studio module, bukan Eclipse lagi. 🙂
Untuk mencoba langsung membuat aplikasi Android menggunakan Android Studio, klik di sini.
hello bang,,
android studio ini emang agak berat ya??
di setiap run coding eksekusi serasa lama, apa ada yang salah atau emang pc saya yg kurang spek nya ya ?
mohon tanggapannya 🙂
Android Studio memang pada awalnya berat, tapi setelah menjalankan 1 aplikasi, run aplikasi untuk selanjutnya akan jadi jauh lebih ringan Untuk PC recommended RAM nya 4GB, minimal RAM nya 2GB.
gan ada ebook android studio ga? share dong, lagi butuh buat tugas kuliah..