Review Buku : Why They Didn’t Ask Evans by Agatha Christie

Last Updated on 12 years by Mas Herdi

Inilah novel Agatha Christie ketiga yang saya baca, diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Pembunuh di Balik Kabut”. Sebenarnya saya kurang cocok dengan pemilihan judul untuk edisi ketiga ini yang mengesampingkan pembahasan pokok pada masalah ini, mengapa mereka tidak memanggi Evans?.

Walaupun mungkin alasan pemilihan judulnya mungkin supaya pembaca fokus pada pembunuhan yang terjadi pertama kali, yaitu dimana seseorang dibunuh saat kabut sudah mulai meninggi. Novel ini sangat rapi dalam menceritakan siapakah pembunuh utamanya.

Pembunuh di Balik Kabut Cover

Pembunuh di Balik Kabut Cover

Seorang pemuda Inggris yang lama di luar negeri pulang ke negaranya karena ingin menyelidiki suatu kasus pembunuhan yang direncanakan dengan sangat rapi dan matang. Curiosity killed the cat, keingintahuannya itu akhirnya merenggut nyawanya dengan sebab yang sekilas mirip kecelakaan biasa. Bobby Jones yang kebetulan melihat tubuh tak bernyawa itu di dasar jurang, segera turun untuk menolongnya. Namun semua sudah terlambat, dia hanya mendengar laki-laki itu mengucapkan kata terakhirnya, “Why they didn’t ask Evans?”

Tidak lama setelah itu, Bobby hampir mati diracun morfin oleh orang yang tidak dikenal. Dan bersama sahabatnya, Lady Frances Derwent yang seorang anak bangsawan, dia akhirnya memutuskan untuk mencari tahu semua penyebab di balik pembunuhan ini. Yang ternyata sangat kompleks dan rumit dari yang bisa mereka bayangkan.

Dari penelusuran saya di Internet, banyak yang mengatakan kalau kasus ini termasuk kasus Agatha yang paling rumit, dilihat dari segi cerita dan pengungkapan pelakunya. Setelah membacanya, kisah ini memang menegangkan dan berliku. Ditambah lagi detektif kita Bobby dan Frances yang masih muda seringkali kurang yakin dengan dugaan mereka. Sehingga mereka hampir saja kehilangan nyawanya.

Yang menarik dari novel ini, setelah tahu ada apa di balik kata-kata terakhir pemuda tersebut. Kita bisa tahu bahwa si Evans lah kunci dari semua ini. Kelihatannya kalimat itu sederhana, bahkan terkesan kurang penting. Tapi kalau kita balik runtutan ceritanya kita akan melihat bagaimana itu semua mempunyai hubungan sebab akibat yang dirangkai dengan apik.

Saat membaca novel ini, sekilas saya jadi ingat akan novel The Alchemist karangan Coelho. Yang mana tokoh utamanya mengembara ke daerah-daerah yang sangat jauh untuk mencari suatu kebenaran. Padahal kebenaran yang dia cari tersebut berada sangat dekat darinya. Di rumahnya sendiri, atau di tempat yang biasa dia kunjungi. Mungkin ini juga semacam parodi bagi diri kita yang mencari kebenaran, karena kebenaran itu sebenarnya ada pada diri kita sendiri…





Download aplikasi kami di Google Play Store


Tutorial Menarik Lainnya :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TWOH&Co.