Last Updated on 9 years by Mas Herdi
Well, bisa dibilang saya adalah loyalist Android. Saya sudah menggunakan HP Android sejak tahun 2011. Gadget Android pertama saya adalah Samsung Galaxy Mini, yang sebenarnya adalah HP riset saat masih menjadi asisten laboratorium di kampus dulu. Kemudian akhir tahun saya membeli tablet Android pertama, yaitu Motorola XOOM. Motorola XOOM adalah tablet Android yang bagus dengan build quality yang solid untuk ukuran tahun 2011, cover belakangnya berbahan alumunium, dengan GPU NVidia Tegra, dan 1GB RAM. Di tahun 2013 saya menggunakan Samsung Galaxy S Advance warisan dari ortu, dan selanjutnya pada tahun 2014 akhir saya menggunakan phablet Zenfone 6 dari Asus.
Jadi ceritanya berawal pada bulan Januari kemarin, dimana Zenfone 6 saya tiba-tiba tidak mau dicharge. Kemudian saat saya bawa ke mal Ambassador Jakarta untuk diservis, selesai diperbaiki malah Zenfone saya tidak bisa direcognize oleh komputer. 😀 Saat Zenfone sedang diservis, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan melihat2 counter2 HP yang ada banyak di sana. Saya pun kepikiran juga untuk ganti HP Zenfone itu mengingat sudah cukup lama dipakai, baterai boros, dan sekarang juga sedang rusak. Pilihan pertama saya jatuh ke Google Nexus 6 buatan Motorola. Namun saat saya baca review-nya, kualitas layar Nexus 6 kurang bagus (warna agak washed/luntur) dan itu terbukti saat saya mencoba Nexus 6 milik kantor. Sedangkan untuk Samsung, saya masih pikir-pikir karena UI nya yang sudah heavy customized, dan juga banyak aplikasi bawaan yang tidak banyak dipakai. Saya pun berkesimpulan kalau dengan budget di atas 10 juta adalah kurang worth it jika dipakai untuk membeli smartphone Android. Akhirnya setelah berkeliling dan tanya-tanya, saya pun memutuskan untuk mencoba hal baru, pindah ke iOS dan membeli iPhone 6S Rose Gold (no gay) dengan kapasitas 64 GB (karena kapasitas 16 GB bagi saya sangatlah kecil).
Dan setelah memakai iPhone 6S selama kurang lebih sebulan, inilah hal-hal yang saya sukai dari iPhone/iOS dibandingkan Android/Zenfone 6
- Build Quality, iPhone memang terkenal dengan build quality-nya yang sangat bagus. iPhone 6S memang lebih ringan dari Zenfone 6, namun entah kenapa terasa lebih solid, padat dan kokoh.
- Camera, sangat cepat dalam menangkap gambar dan hasilnya menakjubkan. Di Zenfone 6, dan kebanyakan ponsel Android lainnya biasanya ada jeda loading saat kita mengklik tombol capture hingga gambar benar2 tertangkap. Mungkin juga ini masalah dari software-nya, namun kamera iPhone 6S sangat baik apalagi dengan resolusi 12 megapixels 🙂
- 3D Touch, bagi sebagian orang ini adalah fitur yang gimmicky, tapi setelah kalian terbiasa memakainya, 3D Touch akan menjadi fitur sangat berguna yang mengimprove interaksi kita dengan smartphone. Saya menggunakannya untuk melihat preview webpages, email, gambar, SMS, jadwal di kalendar, dan banyak lagi.
- TouchID, awalnya saya tidak memakai fitur fingerprint sensor ini dan hanya menggunakan passcode standar. Namun setelah mencobanya dengan 2 jari, TouchID pada iPhone 6S sangatlah cepat. Hanya perlu waktu sepersekian detik saat kalian memencet tombol Home, hingga meng-unlock iPhone dengan TouchID.
- OS Smoothness, ini adalah perbedaan yang benar-benar saya rasakan. Android memang mempunyai RAM yang lebih besar (3 – 4 GB) dibanding iPhone 6S yang hanya 2GB. Namun entah kenapa seiring dengan berjalannya waktu dan upgrade OS, Zenfone 6 saya malah menjadi semakin lemot. Kemudian saat kita berpindah-pindah aplikasi di Android akan sangat terasa jeda loading sampai aplikasi yang kita inginkan benar-benar dijalankan. iPhone tidak seperti itu, semuanya terasa cepat dan smooth. 🙂 Sejak dari booting up phone, load aplikasi, multitasking, OS flow, semuanya smooth dan tanpa lag sama sekali. Bahkan untuk aplikasi kelas berat, seperti streaming Youtube, kemudian pindah ke WhatsApp membalas chat, buka browser untuk cek Facebook, dan kembali lagi ke Youtube bisa dijalankan dengan lancar, immediately, dan tanpa lag.
- Simplicity, iOS dari dulu memang terkenal dengan ke-simple-an nya. Bagi saya yang baru pertama kali memakai iPhone, sangatlah mudah dan menyenangkan untuk mempelajari cara menggunakan iOS. Kalian hanya tinggal swipe ke kanan untuk kembali ke halaman sebelumnya, 3D Touch di pinggir kiri layar untuk menampilkan menu multitasking, sentuh bagian atas layar jika ingin back to top saat browsing webpages atau aplikasi. Sangat mudah digunakan dan simple. Ada yang bilang iOS hanya untuk simple people, tapi lama-lama saya jenuh juga dengan Android yang lebih kompleks. Orang memang mencari simplisitas. Android memang semakin ke sini semakin simpel dan intuitif, tapi tetap saja saya perlu mengingat tiga tombol untuk back, home, multitasking, dimana pada iOS kita hanya perlu touch dan swipe, touch dan swipe lagi 🙂
- App Store, Aplikasi2 di App Store unik-unik dan bagus-bagus. Yang paling berkesan adalah background theme pada App Store bisa berubah2 sesuai dengan style aplikasi yang kita lihat. Dimana pada Play Store kita hanya dihadapkan dengan background putih standar untuk semua aplikasi. Walau begitu review aplikasi di App Store masih terlihat lebih sepi dibandingkan dengan di Google Play.
- Download OS update secara langsung, karena hanya ada satu pengembang iOS di planet ini (yaitu Apple sendiri) maka update iOS bisa langsung kita nikmati. Dimana di Android fitur ini hanya tersedia untuk Nexus Phone dan pure Android phone lainnya.
- Live Photo, fitur ini juga terkesan gimmicky, namun sebenarnya menarik karena membuat foto seolah-olah menjadi hidup. Saat ini saya lebih sering mematikan fitur live photo (karena belum ada objek menarik yang bisa diabadikan secara live :p), namun jika kalian punya pacar (atau binatang peliharaan) yang cute bisa dipastikan fitur live photo ini akan sering digunakan. 😀
Dengan menggunakan iPhone tidak berarti saya bisa move on begitu saja dari Android.
Dan inilah hal-hal yang masih membuat saya kangen Android,
- Google Now, f*cking Google Now and its widget. Saya biasa menggunakan Google Now untuk hampir semuanya, mengetahui trafik dari rumah ke kantor, lihat skor Bayern Munchen, keep up dengan update berita terbaru hanya tentang topik-topik yang saya minati, reminder jadwal perjalanan (Google Now secara otomatis memeriksa inbox email kalian untuk mencari info penting seperti tiket perjalanan dan secara otomatis memberikan reminder saat mendekati hari keberangkatan), tracking barang pesanan, dan banyak lagi. Semua itu belum ada penggantinya di iPhone. Memang sudah ada Google untuk iPhone, namun experience nya tetap berbeda.
- Sharing with any apps, saya rindu bisa mengobrak-abrik isi storage atau MicroSD saya dengan ES File Explorer. Copy paste lagu, video, dokumen2 dan semua file dari PC ke HP di Android bisa dilakukan dengan sangat mudah. Namun tidak di iPhone.
- App updateness, sebenarnya agak susah menjelaskan yang satu ini, tapi jika saya lihat data pada aplikasi di iOS tidak langsung real-time update. Contohnya ketika ada notifikasi pesan masuk (Whatsapp atau BBM), di lock screen saya bisa melihat ada notifikasi pesan masuk tersebut. Namun begitu kita klik dan masuk ke WhatsApp/BBM/Apliksi lainnya, akan muncul semacam loading spinner yang menandakan bahwa aplikasi itu masih harus mengambil data lagi. Di Android saat kita klik notif Whatsapp, aplikasi WA akan terbuka dan kita bisa langsung melihat pesan yang baru masuk, bahkan saat kondisi airplane mode on. Di iPhone walau sudah ada notifikasi pesan masuk, tapi saat kondisi jaringan jelek kita harus menunggu dulu sampai pesan tersebut “benar-benar masuk”.
Saya baru mencobanya selama sebulan 🙂 Mungkin banyak yang akan berubah seiring dengan semakin lama saya menggunakan iPhone. Namun untuk saat ini iPhone 6S adalah pilihan yang tepat bagi saya.
Kebetulan aja lagi baca review iphonenya..
Ada aplikasi “SHAREIT” bisa transfer foto video music dokumen dr ios ke android atau ke pc/laptop. Mirip iFlash cuma menurut aku lebih simple share it, ga harus main colok” lagi..
Semoga ga telat komen ??l